Khusyu’ dalam Kehidupan
Dr. Rer. Nat. Ilham Maulana, S.Si
“Khusyu’ tidak hanya berarti fokus tetapi juga mengandung makna ketenangan dan kemampuan untuk merendahkan diri di hadapan Allah SWT.”
***
TIGA penulis hebat dunia, Jack Canfield, Mark Victor Hansen, dan Les Hewitt berkolaborasi menulis sebuah buku berjudul “The Power of Focus” (kekuatan fokus).
Buku yang dirilis tahun 2000 ini menjelma menjadi salah satu buku Best Seller
dunia, dengan angka penjualan jutaan eksemplar dan telah diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa.
Buku ini diarahkan agar para pembacanya mampu
mencapai target dalam hidup mereka secara meyakinkan dengan cara lebih fokus
pada setiap target mereka. Larisnya buku ini membuktikan bahwa fokus sangat
penting dalah hidup. Di sisi lain, ini juga menunjukkan bahwa ada banyak sekali
orang di dunia yang masih sangat bermasalah dengan kemampuan fokus mereka, dan
mereka ingin sekali memperbaikinya.
Jauh-jauh hari sebelum tiga penulis hebat ini
menjabarkan pentingnya fokus, serta tips-tips mereka untuk tetap menjaga
konsentrasi ini, Allah SWT telah terlebih dahulu mengungkapkan urgensi fokus
dalam Alquran. Allah menyebutkannya dengan kata khusyu’. Sedikit berbeda dengan kata fokus, khusyu’ tidak hanya
berarti fokus tetapi juga mengandung makna ketenangan dan kemampuan untuk
merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Para ulama sepakat mengatakan bahwa khusyu’ tempatnya di
dalam hati, namun indikasinya akan terlihat pada seluruh anggota badan.
Masyarakat
sering menghubungan kekhusyu’an dengan ibadah shalat saja, padahal seluruh
ibadah kita memerlukan kekhusyu’an ini. Bahkan seluruh sisi hidup kita secara
umum idealnya dijalani secara khusyu’. Itu sebabnya, Allah juga menyebut ciri
orang-orang khusyu’ dalam Alquran secara lebih umum, bukan sekadar ketika
melaksanakan shalat.
“Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan
berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’.” (QS
al-Anbiyaa’: 90).
Bagaimanapun,
sama sekali tidak mudah untuk melakukan sesuatu dengan konsentrasi penuh,
sangat fokus, atau sangat khusyu’. Apalagi di sisi lain, Allah memberi izin
khusus kepada Iblis dan kelompoknya untuk selalu mengganggu kekhusyukan kita.
Ibadah
shalat, yang disebut oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual peribadatan yang
berat untuk manusia, akan menjadi sangat mudah ketika kekhusyu’an terlibat ke
dalamnya.
“Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”(QS Al-Baqarah: 45)
Itulah
sebabnya, salah satu target utama yang dilakukan oleh Iblis dan kawan-kawannya
adalah menganggu kekhusyukan kita. Maka tidak mengherankan bahwa sulit sekali
mencapai kekhusyukan, misalnya dalam ibadah shalat kita.
Karena
Allah SWT menuntut kita untuk khusyu’ tidak hanya di dalam shalat, maka di luar
shalat pun Iblis akan selalu mencoba mengubah fokus kita. Allah SWT menyebutkan
di dalam Alquran bahwa fokus hidup kita di dunia ini hanya mengabdi kepada-Nya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adh-dhariyat; 56)
Iblis akan
datang kepada kita dengan menawarkan pesona serta gemerlapnya dunia. Banyak di
antara kita yang kemudian tergoda serta menerima tawaran Iblis ini, karena
memang fitrahnya manusia untuk menyukai gemerlapnya dunia. Namun di sisi lain,
tanpa kita sadari kita telah kehilangan fokus dalam hidup yang kita jalani.
Fokus
hidup ini juga diikrarkan sejak lama oleh nenek moyang kita, Nabi Ibrahim AS.
Ikrar ini kemudian dibacakan kembali oleh Nabi Muhammad SAW, serta diwariskan
kepada kita untuk kemudian ikut berikrar dalam setiap shalat kita.
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada
sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS Al An’am: 162 – 163)
Sesungguhnya,
ikrar di atas memuat janji-janji yang sangat berat bagi manusia. Bagaimana
tidak, kita dituntut untuk berkonsentrasi penuh selama hidup dan bahkan saat
mati untuk berlaku sebagai hamba Allah SWT, dan mempersembahkan seluruhnya
kepada Allah SWT. Oleh karena itu, hanya mereka yang sangat yakin bahwa mereka
akan bertemu dengan Allah SWT, serta akan kembali kepada-Nya sajalah yang mampu
berkonsentrasi serta penuh ketenangan untuk menghambakan diri kepada Allah SWT.
“(Mereka
yang khusyu’ yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”(QS Al-Baqarah: 46).
Jadi,
yang perlu kita lakukan hanyalah memupuk keyakinan bahwa kita akan bertemu
dengan Allah SWT serta akan segera kembali kepada-Nya. Hanya dengan keyakinan
inilah, kekhusyu’an kita akan terjaga untuk selalu menghamba kepada-Nya.[]
*Tulisan ini adalah isi khutbah Jum'at, 12 Jumadil Awwal 1440 H/18 Januari 2019 M
*Tulisan ini adalah isi khutbah Jum'at, 12 Jumadil Awwal 1440 H/18 Januari 2019 M
Komentar
Posting Komentar