WAKTU DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : Prof.Dr.H.Syahrizal Abbas, MA (Guru Besar pada Pascasarjana UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh)
Alhamdulillahi Rabbil 'alamin, wasshalaatu wassalamu 'ala asyrafil anbiya-i wal mursalin, wa 'ala alihi wa sahbihi ajmain...Amma ba'du.
Kaum muslimin sidang jama'ah Jum'at rahimakumullah...
Islam adalah agama yang memberikan perhatian khusus terhadap waktu (al-waqt). Hal ini dibuktikan bahwa Allah Swt bersumpah dengan waktu. Para ulama tafsir mencatat sejumlah tempat Allah Swt bersumpah dengan waktu seperti waktu Fajar (QS. Al-Fajr : 1-4), waktu Subuh (QS. Al-Mudatsir: 34 dan At-Takwir : 18), waktu Dhuha (QS. Ad-Dhuha : 1), waktu Nahar (QS. Al-Syam : 3 dan Al-Lail : 2), waktu Ashr (QS.Al-Ashr :1), waktu malam (QS. Al-Lail : 1-2, Al-Insyiqa : 17 dan Al-Mudatsir : 33-34) dan waktu Kiamat (QS. Al-Qiyamah : 1-2). Pertanyaan yang muncul adalah kenapa Allah Swt bersumpah dengah waktu. Imam al-Qurtuby dalam karya Aljami' li al-Ahkam al-Qur'an, 19 : 23, menyebutkan bahwa Allah bersumpah dengan waktu karena menunjukan kehendak dan kekuasaan-Nya yang tanpa batas. Allah Swt dapat bersumpah dengan apa saja yang dihendaki-Nya, sehingga menjadi bukti kekuasaan dan ke-Esaannya, serta menambah ketauhidan kaum muslimin. Pada sisi lain, alasan Allah Swt bersumpah dengan waktu, karena waktu amat penting dan berguna bagi manusia terutama ketika menjalani kehidupan di dunia. Waktu dapat juga menggilas manusia, bila waktu tidak dimanfaatkan manusia untuk mengabdi kepada Allah Swt.
Waktu adalah masa yang dilalui manusia setiap saat, sejak lahir hingga meninggal dunia. Waktu akan terus berjalan dan tidak ada satu pun kekuatan di dunia ini, yang dapat memperlambat, mempercepat atau menghentikan waktu, kecuali Allah Swt. Waktu yang diidentikan dengan siang dan malam akan terus berputar, dan bertukar silih berganti sebagaimana ditegaskan Allah Swt dalam Surah Ali 'Imran ayat 190 yang artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi orang yang berakal.
Al-Qur'an senantiasa mengingatkan kita semua, agar memperhatikan dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Peringatan Allah Swt kepada manusia, didasarkan pada sifat dasar (thabi'iyyat) manusia yaitu lupa. Manusia kadang-kadang lupa dirinya, lupa umurnya, lupa amalannya, lupa waktu hidupnya dan bahkan ada manusia yang lupa kepada Allang Sang Khaliq, penciptanya. Orang yang lupa dan tidak memanfaatkan waktu dengan baik, maka ia akan termasuk orang-orang yang rugi, sebagaimana Allah Swt tegaskan dalam surah al-'Ashr ayat 1-3, yang artinya : Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam keadaan rugi, kecuali orang yang beriman, beramal salih dan senantiasa menasehati (saudaranya) dalam kebenaran dan kesabaran.
Orang beriman adalah orang yang berkomitmen memperbaiki dan memperkokoh akidahnya, memperkuat teologi uluhiyahnya, menyingkirkan anasir syirik dalam ideologinya, serta menempatkan diri benar-benar sebagai hamba Allah Swt, yang senantiasa mengabdi dan berta'abud kepada-Nya. Orang yang beramal salih adalah orang yang berusaha melakukan perbuatan baik, perbuatan yang mendatangkan manfaat, mencegah kemudaratan dan kemaksiatan serta menghadirkan perbuatan yang mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Allah Swt juga menegaskan bahwa tidak termasuk orang yang rugi adalah orang yang senantiasa menasehati saudaranya dalam menaati dan menegakan kebenaran, memperjuangkan hak-hak dasar kemanusiaan, melenyapkan kebatilan, mewujudkan keadilan serta orang yang penuh kesabaran dalam menghadapi seluruh cobaan Allah Swt yang menimpa dirinya, keluarga, bangsa dan negaranya.
Dalam konteks pemanfaatan waktu, Rasulullah Saw pernah menasehati seseorang agar menggunakan waktu sebaik-baiknya, sehingga terhindar dari golongan orang yang rugi. Peringatan Rasul Saw ini diriwayatkan oleh Ibn Abbas, yang mana Rasul Saw mengingatkan agar memperhatikan lima masa, sebelum datang lima masa ; ingat masa mudamu sebelum datang masa tuamu, ingat masa sehatmu, sebelum datang masa sakitmu, ingat masa kayamu, sebelum datang masa fakirmu, ingat masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan ingat masa hidupmu sebelum datang masa matimu (HR. Al-Hakim). Hadis ini mengingatkan kita, agar tidak menyesal di kemudian hari, karena kita tidak memanfaatkan waktu yang diberikan Allah Swt.
Kaum muslimim sidang jama'ah Jumat rahimakumullah
Dalam sejumlah ayat lain, Allah Swt juga menggambarkan orang yang lalai memanfaatkan waktu, lupa mengingat Allah Swt dan lupa kepada ayat-ayat-Nya, maka orang tersebut akan mengalami kesempitan dalam hidupnya, dibangkitkan Allah Swt dalam kondisi buta, dan bahkan yang lebih menyedihkan lagi, orang tersebut akan dilupakan oleh Allah Swt pada hari kiamat. Allah Swt berfirman dalam surah Thaha ayat 124-126 yang artinya : Barangsiapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya ia akan mendapatkan kehidupan yang sempit dan Kami akan menghimpun mereka di hari Kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata; Ya Tuhanku, kenapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal ketika di dunia aku adalah seorang yang dapat melihat. Allah Swt berfirman : Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu pula pada hari ini kamupun dilupakan.
Menghadapi keadaan seperti ini, Allah Swt memberikan jalan keluar kepada kita agar mempersiapkan diri menghadapi hari esok yang lebih baik, dengan memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien serta tidak menyia-nyiakan waktu dengan tindakan yang sia-sia, dan tidak bermanfaat. Dalam surah al-Hasyar ayat 18, Allah Swt berfirman yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah Swt dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah Swt, sesungguhnya Allah Swt Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Imam Qurtuby (w. 1273) dalam menafsirkan kata hari esok (lighadin) pada ayat ini dengan tiga makna. Pertama, kata hari esok (lighadin) bermakna hari kiamat. Oleh karena itu, hendaklah kamu takut kepada Allah Swt, amati, renungkan dan instrospeksi diri terhadap apa yang dilakukan di dunia ini, untuk mendapatkan bekal menuju hari akhirat yang lebih kekal dan abadi. Kedua, kata hari esok (lighadin) bermakna masa depan. Oleh karena itu, hendaklah kamu takut kepada Allah Swt, amati, renungkan dan instrospeksi diri terhadap apa yang engkau lakukan dan persiapkan kemarin, untuk menghadapi hari-hari selanjutnya baik untuk seminggu, sebulan, setahun dan bahkan berpuluh tahun yang akan datang. Ketiga, kata hari esok (lighadin) bermakna saat yang dekat dengan hari kiamat.
Dalam rangka instrospeksi diri dan persiapan bekal menuju hari esok, Allah Swt memberikan panduan dengan menggunakan dua kata taqwa dalam surah Al-Hasyar ayat 18. Kata taqwa yang pertama bermakna perintah bertaubat terhadap kesalahan di masa lalu dan berkomitmen tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut. Kata taqwa yang kedua bermakna perintah untuk selalu menghindari kesalahan di masa mendatang. Inilah beberapa kerangka pemanfaatan waktu menurut al-Qur'an yang perlu mendapat perhatian kita semua. Allah Swt hanya memberikan sekali kesempatan manusia mengisi waktu hidupnya di dunia. Oleh karena itu, Hasan Al-Banna (w.1949) seorang mujahid besar dari Mesir, mengingatkan bahwa waktu adalah kehidupan. Orang yang memanfaatkan waktu adalah orang yang hidup, dan sebaliknya orang yang lalai dan menyia-nyiakan waktu pada hakikatnya orang tersebut telah mati. Kematian adalah berakhirnya waktu bagi seseorang di dunia, yang kemudian menghadap Allah Swt dan menjalani alam lain seperti alam qubur, alam mahsyar, alam mizan dan alam lainnya. Oleh karena itu, marilah kita memanfaatkan waktu berbuat baik (amal shalih), meningkatkan amal ibadah, dan berupaya mendekatkan diri kepada Allah Swt (taqarrub ilallah), dengan menjalankan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya, kapan pun dan dimana pun kita berada. Semoga bermanfaat, Amin Ya Rabbal 'Alamin....
Komentar
Posting Komentar