Profil
SEJARAH SINGKAT
Masjid Agung al Makmur dibangun
diatas tanah seluas ± 7571,98 m² yang 7321 m² wakaf dari pemerintah Kota Banda
Aceh dan 250,98 m² wakaf Tgk.Hj. Ainul Mardhiah Ali. Luas lantai Masjid ini ±
1600 m² yang dilengkapi pada setiap sudut Masjid dengan kamar wudhu dan
bersuci. Lantai dalam Masjid ini dilapisi permadani dan dindingnya dihiasi
dengan kaligrafi ayat Al Quran dan lainnya. Masjid ini dibangun memenuhi
persyaratan respond gender dimana disiapkan kamar berwudhu dan bersuci khusus
untuk kaum perempuan dan juga penyediaan tangga naik bagi penyandang cacat. Masjid
ini dibangun mirip Masjid di timur tengah dan memiliki 2 menara dan satu kubah.
Masjid Gampong Bandar Baru (Lampriet)
Dilihat dari asal usulnya Masjid
Agung Al Makmur berasal dari tempat beribadah masyarakat gampong bandar baru
(Lampriet) Kota Banda Aceh yang lokasinya berada di sebuah rumah yang belum
ditempati di jalan Pari, kemudian dari lokasi tersebut tempat ibadah
dipindahkan ke gedung SMPN 2 Banda Aceh. Setelah dikedua tempat tersebut
dipandang tidak layak, maka oleh pimpinan masyarakat pada saat itu direncanakan
membangun sebuah Masjid. Karena itu diminta sepetak tanah pada Pemerintah Kota
Banda Aceh di jalan Pari, disamping itu diminta kayu-kayu bekas bongkaran rumah
dan gudang di lokasi gedung DPRA sekarang. Berbekal kayu-kayu bekas pemberian
Pemerintah kota tersebut dibangunlah Masjid pertama di Gampong bandar
baru (lamprit). Masjid ini tidak diberi nama hanya disebut Masjid Lampriet.
Pemanfaatan Masjid ini oleh masyarakat berjalan sampai pada tahun 1989, setelah
itu pindah ke Masjid baru yang dibangun masyarakat.
Masjid Baitul Makmur
Pembangunan Masjid baru ini
dimulai pada tahun 1979 yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Gubernur
Provinsi Daerah Istimewa Aceh Prof.Drs.A.Majid Ibrahim, yang sekaligus pada
saat itu Masjid ini diberi nama Masjid Baitul Makmur oleh Tgk. H.Abdullah Ujung
Rimba (Ketua Majelis Ulama Prov. Daerah Istimewa Aceh) yang juga turut
meletakkan batu pertamanya pembangunan Masjid. Pembangunan memakan waktu 10
tahundibawah 4 kepanitiaan masing-masing dipimpin oleh Alm.H. Harun Ali Titeu,
Drs Aiyub Yusuf, Ir.A.Hamid Qosim dan Drs.H.Abdurahman Kaoy sampai dengan siap
dengan bentuk kubah payung terbuka tanpa menara. setelah dimanfaatkan pada
tahun 1989 nama Masjid ini disempurnakan kembali oleh Alm.Tgk.H.Ahmad Abdullah
yang merupakan imam besar pada saat itu dengan nama Masjid Al makmur. Imam
sebelumnya masing-masing Tgk H Ibrahim Sinabang dan Tgk H Basri
Beureneun.
Sejak tahun 1989 Masjid Al
Makmur dikelola oleh sebuah kepengurusan dan keimaman. Kemudian pada tahun 1992
berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian Badan Kesejahteraan Masjid Kota Banda
Aceh, Masjid Al Makmur dengan surtat keputusan Badan Tersebut No.
09/DKM/2.C/1992 tanggal 2 Desember 1992 ditetapkan sebagai Masjid Agung
atau Masjid Kota Banda Aceh. Karenanya Masjid ini disebut namanya Masjid
Agung Al Makmur Kota Banda Aceh.
Sistem kepengurusan dan
keimaman pada Masjid Agung Al Makmur dimulai dengan diangkatnya Tgk.H. Ghazali Ibrahim sebagai ketua BKM dan Tgk. H. Ahmad Abdullah sebagai imam besar sampai
dengan beliau uzur dan mengundurkan diri. Setelah itu tgk ghazali ibrahim
menggantikan Tgk. H. Ahmad Abdullah sebagai imam besar sampai dengan Tgk.H. Ibrahim
berpulang ke rahmatullah dalam musibah tsunami 2004. Dengan diangkat Tgk. Ghazali Ibrahim sebagai imam besar maka jabatan ketua BKM dipegang oleh Tgk. H. Abdullah Hasan, SH sampai tahun 2000. Kemudian Tgk. H. Rahman Kaoy terpilih
sebagai ketua BKM dan Tgk. H. Abdullah Hasan pada tahun 2005 ditunjuk
sebagai imam besar menggantikan Tgk. H. Ghazali Ibrahim. Setelah itu ketua
BKM dilanjutkan oleh H Abdul Ghani Umar B.Sc dan imam besar tetap dijabat oleh
Tgk. H. Abdullah Hasan, SH.
Dengan adanya perubahan sistem
administrasi keimaman Masjid agung di pemerintah aceh maka dengan surat
keputusan gubernur Aceh Drs. Muhammad Razali ditunjuk sebagai imam besar
menggantikan Tgk.H.Abdullah Hasan yang juga sudah uzur. Pada tahun 2009 Drs. Muhammad Razali dengan SK Walikota ditunjuk sebagai ketua BKM sekaligus
merangkap sebagai Imam besar sampai dengan 2012.
Pada tahun 2013 ketua BKM Masjid
agung melalui SK Walikota Banda Aceh No 380 tahun 2012 tanggal 29 Desember 2012
ditetapkan Drs.Tgk H. Jamil Ibrahim.SH.MH sebagai ketua BKM dan Drs. Muhammad Razali MM sebagai ketua dewan Imam.
Bantuan Negara Oman
Musibah Gempa dan Tsunami 26
Desember 2004 yang meluluh lantakkan Aceh dan Nias telah mengakibatkan Masjid
Agung Al Malmur ini roboh dan semua tiang-tiangnya patah sehingga menurut
penilaian Dinas Perkotaan dan Pemukiman Provinsi NAD disarankan agar tidak
digunakan lagi sebagai tempat ibadah, karena membahayakan jamaah, hal ini telah
menyebabkan keresahan masyarakat sehinggal pelaksanaan shalat Jumat dan ibadah
lainnya dipindahkan ke Meunasah Baital Makmur di jalan Pari. Dalam kondisi
keprihatinan akhirnya Allah SWT membuktikan kebenaran Firman Nya: INNA MA’AL
USRI YUSRA dimana Masjid Agung Al Makmur yang tidak bisa dimanfaatkan lagi
disanggupi untuk dibangun baru oleh Sultan Qabus Bin Said dari negara
kesultanan Oman yang difasilitasi awal oleh Dr.Helmi Bakar dari Hilal Merah
Indonesia.
Setelah dengan usaha-usaha gigih
dilakukan oleh panitia yang dibentuk untuk mempersiapkan berbagai persyaratan
yang diperlukan Negara Kesultanan Oman, Akhirnya pada hari Senin Tanggal 19 Juni
2006 ditanda tangani Nota Kesepakatan Antara Kepala Perwakilan Negara
Kesultanan Oman di Jakarta dengan Walikota Banda Aceh tentang pembangunan Masjid
Agung Al makmur yangpeletakan batu pertamanya dilakukan oleh Kepala Perwakilan
Negara Kesultanan Oman dan Pejabat Gubernur NAD Mustafa Abu Bakar. Masa
pembangunan Masjid ini lebih kurang 1,5 tahun.
Akhirnya pada hari selasa
tanggal 19 Mei 2009 Masjid agung Al Makmur diresmikan pemakaiannya.
Alhamdulillah…..
Pada awalnya nama Masjid Agung
Al Makmur yang telah selesai dibangun baru akan diberi nama dengan MASJID AGUNG
AL MAKMUR SULTAN QABUS BIN SAID akan tetapi menjelang peresmian pemakaian Masjid
tersebut oleh Kepala Perwakilan Negara Kesultanan Oman meminta agar nama Sultan
Qabus Bin Said tidak dicantumkan pada nama Masjid Agung Al Makmur. Sehingga
nama Masjid ini tetap disebut Masjid Agung Al Makmur saja.
Download Profil Lengkap (.pdf)
Download Profil Lengkap (.pdf)
Komentar
Posting Komentar