MENUMBUHKAN RASA MALU AGAR TIDAK MEMALUKAN
Oleh: Hayatullah Pasee merupakan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Ar-Raniry, aktif di Forum Aceh Menulis (FAMe).
Berbicara soal krisis moral masyarakat merupakan pembahasan yang sudah sangat lazim kita dengar. Saking seringnya, seakan terasa tidak begitu menarik lagi untuk dibahas, padahal itu persoalan fundamental yang perlu terus dicarikan solusi.
Mengapa persoalan moral sejatinya harus selalu didiskusikan, karena persoalan moral kunci peradaban suatu bangsa, sebab ketika moral masyarakatnya sudah bagus, maka arah pembangunan pun akan mudah dibentuk bersama mereka yang baik budi.
Maka, salah satu tujuan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam diutuskan ke muka bumi ini adalah untuk memperbaiki moral manusia. "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak." (HR. Al-Baihaqi).
Begitu juga nabi-nabi sebelumnya diturunkan Allah Subhanahu wa taala ketika moral umat saat itu sudah sangat merosot, di mana umat tidak lagi menjalankan ajaran agama yang Allah turunkan dengan baik, sehingga mereka berada di jalan yang sesat dan berperilaku lebih buruk dari makhluk yang tidak berakal.
Dalam beberapa hadis lain juga sering diingatkan agar tetap berakhlak baik sesama manusia dan makhluk Allah lainnya. "Manusia yang baik adalah yang baik akhlaknya" (HR. Imam Tabrani).
Banyak hal dapat kita lihat perilaku-perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari perkataan, tingkah laku, hingga kebiasaankebiasaan mereka dalam bermasyarakat.
Salah satu cara menilai moral masyarakat dalam sebuah negara hari ini yaitu dengan melihat bagaimana perilaku mereka saat berada di lampu stop. Di sana ada hak-hak orang lain yang harus dipenuhi dan sifat kesabaran juga harus di kedepankan.
Ketika seseorang menerobos lampu merah, secara otomatis telah melanggar hak pengguna jalan lain. Jika terjadi kecelakaan tentu yang menjadi korban bukanlah si pelanggar saja, tetapi orang lain juga. Begitu juga ketika lampu hijau menyala, mereka tidak sabar untuk cepat-cepat menancapkan gas kendaraan mereka untuk segera pergi, bahkan membunyikan klakson berkali-kali.
Sebaliknya, jika moral mereka bagus, maka di jalan itu akan tertib, tidak terjadi kebut-kebutan sehingga angka kecelakaan lalu lintas pun tidak banyak. Ketika melihat pejalan kaki yang ingin menyeberang jalan juga demikian, jika moral masyarakatnya bagus pasti akan memberikan jalan agar pejalan kaki bisa menyeberang dengan tenang.
Miris memang kalau kita lihat perilaku berlalu lintas di tempat kita hari ini. Jika pembaca pernah ke pusat kampus Darussalam yang disebut sebagai kota pelajar di Aceh, coba Anda perhatikan di sana di simpang lampu stop, siapa yang paling banyak menerobos lampu merah, tak lain yaitu mereka yang terdidik, mahasiswa dan mahasiswi yang dengan bangga berhasil melintas walaupun orang lain masih berhenti.
Ketika terjadi seperti ini siapa yang salah? Tentu kita harus menyalahkan diri sendiri karena ketika mereka di rumah atau di kampus mungkin kurang mendapatkan pendidikan moral. Seberapa sering orang tua mengingatkan kepada anak-anaknya agar tidak membuang sampah sembarangan dan seberapa sering seorang dosen mengingatkan kepada mahasiswanya agar tertib saat sedang antrean? Sejatinya seorang guru yang menjadi panutan, hendaknya sering mengingatkan mahasiswa agar memiliki rasa malu merusak lingkungan, malu mengebut di jalan raya, dan malu menerobos lampu stop.
Di rumah, sekolah, kampus, dan pesantren sejatinya lebih banyak mengajari akhlak kepada generasi muda. Jepang saja yang tergolong negara maju, mereka tidak khawatir generasi mereka tidak mampu membaca dan menulis, tetapi yang paling mereka takutkan ialah ketika anak-anak mereka tidak lagi mau mengantre di tempat-tempat umum.
Satu sisi kita prihatin ketika membaca berita bahwa negara yang paling islami bukan negara mayoritas umat muslim, justru negara nonmuslim. Akibat umat muslim meninggalkan nilai-nilai Islam itu sendiri, sehingga nilai-nilai itu dianut oleh mereka yang bukan Islam. Membuang sampah pada tempatnya, tertib saat mengantre, dan sabar di lampu stop, bukankah itu bagian dari akhlak? Itu itu masih menjadi masalah besar di negara kita, belum lagi perilaku korupsi yang merajalela. Oleh sebab itu, mari kita tanamkan budaya malu kepada generasi muda Islam agar mereka tidak memalukan.
Komentar
Posting Komentar