Mencari Pemimpin Berakhlak Mulia


oleh : Tgk H.Syukri Daud,BA

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ 
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ  فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Ma’asyiral Muslimin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Puji syukur kita haturkan ke hadhirat Allah, atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita dimudahkan untuk berkumpul melaksanakan ibadah jumat di kesempatan ini. Semoga apa yang kita lakukan diterima oleh Allah sebagai amal soleh. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang berpegang teguh dengan syariat-Nya.

Kaum muslimin, jamaah jumat yang kami muliakan,

Salah satu topik yang banyak dibicarakan masyarakat saat ini adalah siapakah pemimpin  yang akan dipilih selama lima tahun mendatang. di Indonesia ini.Memilih pemimpin tentu tidak sekedar yang Muslim secara KTP saja, karena sepanjang perjalanan kepemimpinan bangsa Indonesia ini selalu dipimpin oleh muslim, tapi sampai saat ini bangsa ini masih belum sesuai yang diharapkan.Kita berharap, manusia yang memimpin kita adalah manusia yang, berakhlak mulia,yaitu  manusia yang prihatin atas situasi dan kondisi yang melanda masyarakatnya. mencintai mereka, dan berat hati melihat mereka dalam kesulitan. Ia adalah orang yang dengan cintanya selalu berusaha mencari solusi atas problematika yang mereka hadapi. Demikian itulah yang dirasakan oleh Rasulullah, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Alquran:
Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128).

Ada tiga sifat kepemimpinan Nabi Muhammad berdasarkaan ayat di atas. Pertama, azizun alaihi ma anittum (berat dirasakan oleh Nabi penderitan orang lain). Dalam bahasa modern, sifat ini disebut sense of crisis, yaitu kepekaan atas kesulitan rakyat yang ditunjukkan dengan kemampuan berempati dan simpati kepada pihak-pihak yang kurang beruntung.Beban yang dirasakan oleh rakyat hendaknya menjadi beban moral pemimpin bangsa sebagai rasa kepedulian yang mendalam terhadap berbagai permasalahan dan problematika bangsa. Ia senantiasa memikirkan nasib bangsa dan negara sebelum memikirkan diri, dan kelompoknya.

Kedua, harishun `alaikum (amat sangat berkeinginan agar orang lain aman dan sentosa). Dalam bahasa modern, sifat ini dinamakan 
sense of achievement, yaitu semangat yang mengebu-gebu agar masyarakat dan bangsa meraih kemajuan. Pemimpin yang berakhlak Mulia menginginkan kebaikan bagi rakyat. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai keinginan dan tekad yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, bukan sebaliknya, pemimpin yang memikirkan kemakmuran diri dan keluarga serta kroni-kroninya. 

Ketiga, raufun rahim (pengasih dan penyayang). Setiap pemimpin pada level manapun, hendaknya berprilaku rahmat, kasih sayang, lemah lembut, baik pernyataan maupun sikapnya.


Ma’asyiral Muslimin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah

Banyak sekali hal yang perlu kita contoh dari kepemimpinan Rasulullah SAW. Karena, beliau memang diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki budi pekerti dan akhlak manusia. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang artinya: “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (ridha) Allah, (kedatangan) hari akhirat dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya…”(QS. Al-Ahzab ayat 21).

Rasulullah SAW senantiasa menunjukkan akhlak yang terpuji, sehingga beliau dapat menjadi contoh pemimpin yang sangat teladan di dunia. Ia mempunyai kepribadian yang utuh dan terpuji, yaitu Fathanah, Amanah, Shidiq dan Tabligh. Dalam kepribadiannya yang Fathanah, menandakan bahwa Rasulullah adalah sosok pemimpin yang cerdas. Cerdas dalam memimpin adalah kunci untuk menyejahterakan sebuah bangsa. Jangan sampai pemimpin yang duduk di pemerintahan adalah pemimpin yang tidak memiliki kapabilitas yang mumpuni. Sehingga mereka bukan memajukan sebuah Negara, melainkan memundurkan sebuah Negara. Selanjutnya adalah Amanah. Rasulullah adalah pemimpin yang sangat dipercaya oleh rakyatnya. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya karena kapabilitasnya yang baik dalam memimpin. Sehingga tidak ada peristiwa dimana para rakyatnya mencaci pemimpinannya, memalukan pemimpinnya, dan tidak tunduk atas perintah pemimpin. Setelah Fathanah dan amanah adalah Shidiq. Ini yang sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin, yakni kejujuran. Ketika Rasulullah memimpin, semua rakyatnya merasakan kesejahteraan yang sangat melimpah, karena Rasulullah memimpin secara jujur. Tidak ada praktik-praktik korupsi seperti sekarang ini yang membuat rakyat semakin menjerit atas penderitaan yang didapat secara tidak langsung dari para pemimpin negaranya. Dan yang terakhir adalah Tabligh yang artinya menyampaikan. Seorang pemimpin harus menyampaikan kebaikan kepada para rakyatnya. Karena Rasulullah bersabda, sampaikanlah dariku walau satu ayat.
 Ma’asyiral Muslimin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah

Tentu saja untuk memiliki pemimpin berakhlak mulia seperti Nabi , bukanlah hal yang mudah. Namun di sini, ada satu hal yang bisa kita jadikan renungan bersama. Pertanyaan mendasar yang layak untuk kita kembalikan kepada pribadi kita masing-masing.

Jika kita berharap untuk memiliki pemimpin yang baik, sudahkah kita menjadi rakyat yang baik?
Jika kita berharap nantinya akan dipimpin oleh seorang muslim yang peduli dengan islam, sudahkah kita menjadi masyarakat yang perhatian dengan agamanya.

Sebagai rakyat, kita sering menuntut para pejabat pemerintah, agar menjadi pemimpin yang amanah, harus jujur, bijak, adil, membela kepentingan rakyat, bertaqwa, dan berbagai tuntutan lainnya.

Namun pernahkah kita berfirkir sebaliknya, menuntut diri kita sebagai rakyat. Jika kita menerapkan sistem keseimbangan, di saat kita menuntut pemimpin harus baik, kita juga seharusnya menuntut rakyat untuk menjadi baik pula.

Ada orang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib,

“Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik rakyat, tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!” tanya si Khawarij.

Jawab Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,

إن رجال أبي بكر وعمر ـ رضي الله عنهما ـ أنا وأمثالي، أما أنا فكان رجالي أنت وأمثالك
“Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!!” (Syarh Riyadhus Shalihin, Ibnu Utsaimin, 4/87).

Kaum muslimin, mari kita perhatikan surat al-An’am ayat 129 di atas.

Ayat dia atas menjelaskan kepada kita bahwa diantara hukuman yang Allah berikan kepada orang zalim adalah dengan Allah tunjuk orang zalim yang lain menguasainya. Dengan itu, orang zalim pertama, akan mendapatkan bentuk kezaliman dari orang zalim kedua.

Ketika masyarakat berusaha memperbaiki dirinya, istiqamah dalam menjalankan kebaikan, Allah akan perbaiki mereka dengan Allah tunjuk para pemimpin yang memperhatikan kepentingan mereka. Sebagai ganjaran atas kebaikan yang telah mereka lakukan.

Sebaliknya, ketika masyarakat banyak melakukan kezaliman, kerusakan, tidak menunaikan kewajibannya, maka Allah akan tunjuk pemimpin yang zalim di tengah mereka. Pemimpin yang tidak memihak kepentingan mereka. Bahkan bisa jadi akan menindas mereka. Sebagai hukuman atas kezaliman yang dilakukan masyarakat. (Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 273).

Para ulama mengatakan dalam sebuah ungkapan,
أعمالكم عمالكم كما تكونوا يولى عليكم

Amal perbuatan kalian, sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana karakter kalian, seperti itu pula bentuk kepemimpinan yang akan mengendalikan kalian.

Karena pemimpin cermin bagi rakyatnya. Pemimpin yang berkuasa di tengah masyarakat, tidak jauh berbeda dengan karakter masyakatnya.

Demikianlah khutbah jum’at hari ini, semoga bermanfaat,

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْم

Komentar

Terpopuler