Pesan Damai Dari Al-Qur'an

Oleh : Ust. Abrar Zym 
"Jika ingin merasa damai dalam hati, jauhilah buruk sangka kepada Allah dan jauhi buruk sangka sesama manusia yang tidak beralasan, apalagi menyebar fitnah, ujaran kebencian, menyebar berita hoax, dan saling mencaci maki."

AL-QUR'AN adalah kitab suci agama Islam yang merupakan wahyu Allah Subhanahu Wa Ta'ala  yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi Wa Sallam,  yang dibawa oleh Malaikat Jibril dengan lafaz dan makna yang benar agar menjadi hujjah atas kerasulannya, yang menjadi pedoman bagi manusia dalam kehidupannya untuk mewujudkan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an sebagai pedoman, mengajarkan beberapa hal yang penting dalam kehidupan setiap muslim, salah satu konsep yang diajarkan dalam al-Qur’an adalah Perdamaian.

Secara etimlogi kata “damai” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: 1) tak ada perang, aman, tidak ada kerusuhan; 2) tenteram, tenang; 3) keadaan tidak bermusuhan, rukun.

Istilah kedamaian erat kaitannya dengan masalah hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan lingkungan dan hubungan manusia dengan Tuhannya. 

Kata damai dalam bahasa Arab yaitu “salam” berarti selamat, sejahtera, damai dan bahagia. Di dalam Al Quran kata “salam” terulang sebanyak 42 kali dalam berbagai konteks. Kata “salam” bisa juga diartikan : luput dari kekurangan, luput dari kerusakan dan luput dari Aib.

Sedangkan dalam bahasa Ibrani damai berasal dari kata salom, kata ini dalam Perjanjian Lama digunakan untuk “keadaan sejahtera, bebas dari bahaya, sehat tidak kurang apa-apa.  Kedamaian dikenal juga dalam ranah Inggris yaitu dari kata salvation yang memiliki arti keselamatan.  

Jadi konsep damai dalam Islam maupun non-islam mengandung arti yang sama yakni selamat, sejahtera, dan tidak cacat. Tidak ada satu agamapun yang tidak mengajarkan sebuah kedamaian.

Damai atau salam menjadi tujuan hidup setiap muslim, karena Allah mengajak ke Darussalam (Qs. Yunus : 25). Tanpa adanya “salam” (damai). Baik dalam jiwa manusia maupun dalam interaksi sehari-hari, maka segalanya akan kacau, rusak, bahkan kehidupan pun bisa “terhenti”.

Kedamaian bersumber dari Allah

Dari Allah lah bersumber kedamaian, Dia adalah sumber kedamaian dan kepadaNya tertuju kedamaian, bukankah kita sering berdoa:

“Ya Allah, Engkaulah Tuhan Yang Maha Damai, dari Mu bersumber kedamaian, kepada Mu kembalinya kedamaian, hidupkanlah kami dalam kedamaian, dan masukkanlah kami ke Surga negeri yang penuh kedamaian”.

Dari doa para hamba dikabulkan oleh Alah, lalu Allah yang memasukkan kedamaian ke dalam hati manusia (Qs. Al Fath : 4) :

“Dialah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati manusia (mukmin), untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada)..”

Melestarikan Damai

Indonesia akan melaksanakan Pemilu serentak pada tanggal 17 April 2019. Masyarakat Indonesia tidak hanya memilih Presiden dan Wakil Presiden saja, tetapi juga anggota legislatif lainnya. Pelaksanaan Pemilu serentak ini adalah pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Dan ini menjadi sejarah baru Pemilu di Indonesia.

Dengan dilaksanakannya Pemilu serentak ini, setiap kita, siapun dan dimanapun, mari sama sama kita ciptakan suasana yang aman dan damai. Upaya melestarikan kedamaian diantaranya adalah :

1. Ada jalan yang lebar lagi luas, yang disediakan oleh Allah Swt untuk mencapai kedamaian, yaitu “shiratal mustaqim” (jalan luas dan lurus)

2. Sering menyebar salam: “Salam damai ucapan dari Tuhanmu yang Maha Penyayang ( Qs.Yasin : 58.)

3. Hendaklah selalu dengan tabah dan sabar berusaha mengisi kedamaian. Ini harus dilakukan antara lain bagaimana menghadapi diri sendiri (hawa nafsu), sera berusaha mewujudkan kedamaian dalam hati masing-masing.

4. Berbaik sangka kepada Allah dan sesama manusia. Jika ingin merasa damai dalam hati, jauhilah buruk sangka kepada Allah dan jauhi buruk sangka sesama manusia yang tidak beralasan, apalagi menyebar fitnah, ujaran kebencian, menyebar berita hoax, dan saling mencaci maki.

5. Tidak melakukan kesalahan/pelanggaran dan kesepakatan/aturan yang ada. Pelanggaran menggiring manusia kepada kondisi yang tidak damai. Melahirkan hubungan tidak harmonis, saling menyalahkan dan saling memusuhi.

Selama masih dengan amar makruf umat bisa menjadi baik, tidak mesti nahi munkar didahulukan dalam dakwah, selama masih bisa bicara lemah lembut, kenapa mesti berteriak lantang dan bertegang leher, selama masih bisa saling mengajak, kenapa mesti saling mengejek, selama masih bisa saling merangkul, kenapa mesti saling memukul.

Selama masih bisa membawa jarum dan benang, untuk menjahit hati umat yang retak, kenapa mesti membawa gunting merobek robek persatuan dan kesatuan yang ada.

Mari kita tinggal berdampingan dengan penuh kedamaian, damai itu Indah ![].

Komentar

Terpopuler