FILOSOFI SEDEKAH BAGI SEORANG MUSLIM

Oleh: Dr. Fauzi Saleh, Lc, MA merupakan Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Sedekah sebagai bukti jujurnya iman. Karena itu sadaqah akar katanya adalah shidq (jujur). Tidak semua orang berani mengeluarkan hartanya (bersedekah) karena manusia itu pada fitrahnya sangat cinta kepada hartanya. Dalam Al Quran memang disebutkan secara eksplisit bagaimana kecenderungan manusia terhadap harta bendanya dan secara bertahap ia akan menjadi pribadi yang bakhil. Bila bakhil adalah penyakit kronis maka sedekah merupakan obat yang ampuh untuk menyembuhkannya.

Bersedekah itu termasuk hal yang istimewa, dikenang dan dikenal oleh penduduk bumi dan penduduk langit, dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dalam Al Quran, orang yang mengeluarkan harta pada jalan kebaikan diistilah dengan yuqridhullah (mengutangkan/ meminjamkan Allah swt).

Dalam Qs. Al-Baqarah/2: 245, "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."

Ketika ayat ini turun, Abu al-Dahdah al-Ansari berkata: Wahai Rasulullah, Apakah Allah menghendaki pinjaman ini? Beliau menjawab; Ya Wahai Abu Dahdah. Dalam riwayat ini disebutkan bahwa Kebun Abu Dahdah ini memiliki 600 batang pohon kurma, di dalamnya pula tinggal isteri dan keluarganya. Dengan senang gembira, Abu Dahdah pulang dan memanggil isterinya: ya Ummu Dahdah. Isterinya menjawab: baik. Ia bekata lagi: keluarlah (dari kebun ini), aku telah meminjamkanya kepada Tuhanku Azza wa Jalla. (HR Ibn Mardawaih). Kebun Abu Dahdah merupakan harta yang istimewa baginya, pepohonan kurma yang memberikan buah, ditambah lagi keluarga juga menempati kebun tersebut. memberikan sedikit dari harta istimewa ini dapat menghantar manusia mencapai al-birr sebagaimana dideskripsikan dalam Qs. Ali 'Imran/3; 92.

Bila dikupas lebih lanjut, kenapa Allah menggunakan lafaz al-qardh. Qardh adalah setiap sesuatu yang diberikan manusia dengan maksud mendapatkan imbalan. Allah menamakan qardh atas amal orang mukmin yang mengharapkan balasan pahala.

Qardhan hasana ditafsirkan dalam ayat ini adalah nafkah pada jalan Allah Subhanahu wa ta'ala, nafkah keluarga, juga bermakna, tasbih dan taqdis (mensucikan Allah Subhanahu wa ta'ala). Balasannya akan diberikan belipat ganda sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah/2: 261.

Filosofi sedekah dalam Islam
Tidak pernah sia-sia apa yang diperintahkan agama. Allah menjanjikan balasan yang setimpal dengan amal yang dikerjakan. Sedekah sebagai amal yang sulit dikerjakan manusia karena kecintaannya kepada harta bernilai filosofis di antaranya sebagai berikut:
Pertama, sedekah dapat meredam murka Allah Subhanahu wa ta'ala. Dalam riwayat yang diriwayatkan al-Baihaqi disebutkan:

Sesungguhnya sedekah secara rahasia dapat meredam murka Allah Subhanahu wa ta'ala, silaturahim menambah umur dan perbuatan ma'ruf menjaga dari lembah kejahatan (Hadits Shahih).

Dalam hadits di atas dijelaskan ada tiga hal penting untuk diamalkan yaitu membiasakan sedekah dan itu berat untuk dilaksanakan. Berikutnya adalah menyambung silaturrahim khususnya terhadap mereka yang kini telah terputus hubungan sosial dengan berbagai macam alasannya dan ketiga berbuat baik. Kebaikan itu akan menafikan kejahatan bila dilaksanakan secara sesungguh-sungguh dan istiqamah.

Kedua, sedekah dapat menghapuskan kesalahan. Dalam hadits yang diriwayatkan Turmizi disebutkan:

"Dan sedekah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api". Dalam kitab Syarh al-Arba'in a-Nawawiyah disebutkan bahwa sedekah dapat menghapuskan dosa itu. Hadits tersebut menurut penulis memberikan pemahaman tersebut.

Ketiga, sedekah menempatkan manusia di bawah naungan Allah Subhanahu wa ta'ala. Dalam sebuah hadits masyhur tentang tujuh golongan yang berada di dalam naungan Allah Subhanahu wa ta'ala ketika tidak ada naungan lain melainkan naungan-Nya.

"Seseorang yang memberikan sedekah dimana ia menyembunyikan, sehingga kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya" (HR. Shahihain).

Keikhlasan bersedekah ini rupanya telah mengantarkan pelakunya menjadi menjadi manusia pilihan pada hari kiamat. Di sini perlu digarisbawahi ada dua hal penting disebutkan hadits, yakni amal badani yaitu mengeluarkan sedekah, dan kedua amal al-qalbi, yaitu bersikap ikhlas.

Secara dhahir, sedekah itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia umpamanya tetapi pada hakikatnya bermaksud untuk mencari keridhaan Allah swt. Orang yang bersedekah tidak perlu merasa berjasa atas sedekah yang diberikan kepada orang lain, tetapi itu dianggap sebagaimana amanah maliyah (amanah yang bersifat harta) yang ditunaikan kepada orang yang berhak.

Keempat, sedekah sebagai perisai dari api nereka. Sebuah hadits disebutkan dalam kitab Shahih al -Jami': "Jadikanlan penghalang antara kamu dengan nereka walau setengah butir kurma."

Shuhaib Abdul Jabbar memberikan sub judul "fadh al-shadaqah wa in qallat" (fadhilah sedekah walau sedikit) ketika menyebutkan hadits. Di sini jelas tingginya kedudukan sedekah di hari kemudian ketika manusia berhadap dengan huru hara kiamat dan neraka.

Dalam hadits lain yang mendekati maknanya, Rasul saw bersabda:

"Barangsiapa yang mampu membuat penghalang dari api neraka walau dengan dengan setengah butir kurma, maka hendaklah ia lakukan" (HR. Bukhari, Ibn Majah, Turmuzi)

Banyak sekali ayat dan hadits Nabi saw yang mendorong manusia untukbersedekah. Ini menunjukkan sedekah adalah amal yang sangat urgen sebagai ujian bagi yang memiliki harta untuk mengeluarkan sebagian kecil apa yang dimilikinya. Semoga ujian ini mampu kita jalankandengan baik sesuai dengan titah Allah dan Rasul-Nya.

Komentar

Terpopuler